Gallery

Putri Kaca Mayang dan Pekan Baru

Konon ceritanya, dahulu kala di tepi pesisir utara Pulau Sumatera berdirilah sebuah kerajaan. Tempatnya berada di kuala Sungai Siak. Tak begitu jelas persisnya dimana dan kapan tarikhnya. Pada masa itu seluruh penduduk kerajaan itu hidup aman damai dan sejahtera. Tentunya semua itu berkat kepemimpinan dari seorang Raja yang bijaksana. Seorang Ratu nan anggun dan cerdas setia menjadi pendampingnya. Tak ketinggalan, ada seorang panglima gagah berani bernama Gimpam.

Putri Kaca Mayang adalah permata kerajaan. Putri raja ini terkenal dengan kecantikan dan keluhuran budinya. Keelokan ini bahkan tersiar sampai ke negara-negara tetangga. Banyak raja dari negeri tetangga yang ingin meminang Putri Kaca Mayang. Tak satupun pinangan itu diterima.

” Anakku. Kurasa sekarang adalah waktu yang tepat bagimu untuk mulai membina rumahtangga. Kami sudah tak sabar ingin segera menimang cucu dari putri semata wayang kami.” Berkata sang Ratu pada suatu hari kepada putrinya.

”Ibu, ayah, maafkan ananda. Ananda ingin mengenyam pendidikan yang lebih tinggi lagi, bukan untuk menikah terlebih dahulu. Meskipun ananda seorang perempuan, tapi ananda bercita cita membuat kerajaan kita lebih maju lagi.’’

”Jika memang demikian keras tekadmu untuk itu, ibu dan ayah akan mendukung dengan sepenuh hati.” Karena sang Ratu sangat paham dengan karakter sang putri dan tak ingin memaksanya. Lagipula cita citanya sungguh baik. Meskipun pada masa itu di nusantara belum lazim perempuan sekolah tinggi. Sehebat dan sepintar apapun seorang perempuan tetap hanya akan jadi istri.

Pada masa yang sama, di wilayah bagian lebih utara berdiri pula sebuah kerajaan besar lainnya. Raja kerajaan di utara berdarah panas alias pemarah. Di dalam istana kononnya jarang ditemui ketenangan. Hal itu diperparah dengan kedua istrinya selalu bikin bising, selalu bertengkar. Pertengkaran kedua istri pada dasarnya dalam rangka berebut hati sang raja.

”Kakanda. Waktu melancong ke Batavia minggu lalu, dinda melihat sebuah berlian indah dijual murah. Hanya 200 juta rupiah. Bolehkah aku memilikinya untuk tambahan koleksi dinda?” Lapor istri tua sambil meminta.

”Kakanda. Aku perlu mobil baru. Mobil untukku sendiri. Aku tidak mau berbagi dengan si tua itu!” Pinta istri muda sambil mencibir sinis istri tua.

”Apa? Si Tua? Aku punya nama, tahu! Kau orang baru, dipungut entah dari mana, jangan seenaknya!” Teriak istri tua sambil menjambak rambut istri muda. Sang istri muda pun tak mau kalah membalas menjambak rambut istri tua.

”Diaammmm! Sudaaaaaahhhh!! Hentikannnn!!!” Teriak raja kerajaan utara demi melihat istri istrinya jambak jambakan di depannya.

“Kepala otakku sudah cukup pusing mengatur negeri ini. Kalian berdua bukan malah membantu, justru bikin tambah masalah. Bikin pening kepala! Kalian selalu bertengkar di depanku, sepertinya aku butuh istri ke tiga. Aku butuh istri yang bisa memberikan aku ketenangan.”

Kemarahan Raja kerajaan di utara itu sangat ampuh sehingga kedua istrinya terdiam dan tanpa sengaja saling berpelukan demi mendengar kalimat terakhir sang raja. Ternyata kata kata sang raja bukan sekadar ancaman, langsung pada tindakan.

“Muntasar! Muntasir! Aku menginginkan Putri Kaca Mayang untuk menjadi istriku yang ke 3. Tolong sampaikan pinanganku.” Demikian keesokan harinya panglima kembar kerajaan diperintahkan berangkat ke kerajaan yang dituju untuk meminang.

”Maaf, Panglima. Kami belum bisa menerima pinangan dari raja kalian. Putriku belum siap untuk menikah. Sampaikan permohonan maaf dari kami kepada raja kalian.” Demikian jawaban pinangan bagi kerajaan utara.

Panglima kembar kerajaan utara kembali ke kerajaan mereka dengan perasaan cemas. Raja mereka terkenal garang, tentunya akan naik murka karena pinangannya ditolak.

“Kurang ajar kerajaan kecil itu! Aku tak akan tinggal diam!” Teriak raja kerajaan utara emosi setelah mendengar bahwa pinangannya ditolak.

Raja kerajaan utara juga terkenal sangat mudah tersinggung dan pendendam. Menolak lamaran dari kerajaan utara tentu dapat memicu perang. Ayah sang Putri Kaca Mayang segera menyiapkan pasukan perang untuk menghadapi kemungkinan serangan. Dilain sisi, kerajaan utara adalah kerajaan besar yang terbiasa berperang. Kerajaan utara juga paham bahwa kerajaan yang akan diserang memiliki kekuatan di pertahanan air. Panglima Gimpam sudah dikenal sebagai laksamana andal dan disegani di mana mana.

Namun nama Muntasir dan Muntasar tidak dapat dianggap remeh. Keandalan Panglima kembar andalan kerajaan utara itu juga mampu menggetarkan jiwa musuh musuh mereka. Dengan jeli kedua orang itu memilih menyerang melalui jalur darat, terbukti pertahanan darat negeri yang diserang dengan mudah ditembus. Dalam sekejap kerajaan dibuat porak-poranda. Bahkan Ratu terbunuh, sedangkan Putri Kaca Mayang diculik.

Raja dan Panglima Gimpam terlambat datang. Selama ini mereka menunggu serangan dari mulut kuala. Mereka sangat terkejut, demi mendengar bahwa musuh datang dari arah belakang. Musuh ternyata menyerang lewat darat, titik kelemahan mereka.

Atas restu raja, Panglima Gimpam beserta pasukannya berangkat menuju kerajaan utara untuk menutut balas dan membebaskan sang putri. Di gerbang kerajaan utara telah menanti Panglima kembar dari kerajaan utara. Mereka menyerukan tantangan pertarungan dua lawan satu kepada Panglima Gimpam. Jika Panglima Gimpam menang, maka ia boleh membawa kembali Putri Kaca Mayang. Tapi jika Panglima Gimpam kalah, maka ia harus kembali pulang dengan tangan hampa. Dan Putri Kaca Mayang harus tinggal dan jadi istri raja di kerajaan utara untuk selamanya. Perang tanding pertarungan dua lawan satu ternyata akhirnya dimenangkan oleh Panglima Gimpam.

Karena jagoan andalannya kalah, akhirnya raja kerajaan utara dengan berat hati membebaskan tawanannya. Di tengah perjalanan, Putri Kaca Mayang jatuh sakit. Kuat dugaan diracun. Boleh jadi raja kerajaan utara melakukan tindakan tercela karena ketidakpuasannya. Kalau dia tidak bisa mendapatkan, maka semua orang juga tidak boleh mendapatkan. Bisajadi demikian pandangan raja dari kerajaan utara itu.

Panglima Gimpam sebenarnya sudah lama memendam perasaan suka dengan Putri Kaca Mayang. Perasaan yang tidak bertepuk sebelah tangan. Bahkan kedua orang tua sang Putri juga sudah mengetahui dan sudah merestui hubungan mereka. Sakit Putri Kaca Mayang semakin parah dan tidak tertolong lagi. Sangat bisa dimaklumi betapa remuk redam hati Panglima ketika sang Putri meninggal dalam pelukannya di tengah perjalanan itu.

Setelah Putri Kaca Mayang dimakamkan, raja yang ditinggal anak dan istri menderita depresi luar biasa. Raja memutuskan untuk menyepi ke Gunung Ledang. Mahkota kerajaan diberikan kepada Panglima, sang calon mantu yang tidak kesampaian. Panglima Gimpam bersedia menjadi raja.

Selama Raja Gimpam masih berada di tempat itu, raja baru selalu merasakan kehampaan. Bayangan sedih selalu melanda. Tidak kuat menanggung pilu, Raja baru akhirnya meninggalkan kerajaan agar dapat melupakan kepedihannya. Perjalanan pemutus kenangan duka itu membawa Raja Gimpam ke sebuah perkampungan baru. Sebuah wilayah agak dihilir di tepian Sungai Siak. Perkampungan baru itu akhirnya bernama Pekanbaru.

Leave a comment